Selasa, 21 November 2017







Pengertian istinja





Istinja adalah 
Membersihkan benda yang keluar dari kemaluan dan dubur menggunakan air,
batu, daun, atau yang semisalnya.





Dan bahasa indonesianya adalah “cebok” sebagaimana yang
ditercantum dalam KBBI.





Imam An-Nawawi -rahimahullah- berkata:





الاستنجاء والاستجمار عبارتان عن إزالة
الخارج من السبيلين عن مخرجه فالاستنجاء يكون تارة بالماء وتارة بالأحجار
والاستجمار يختص بالأحجار مأخوذا من الجمار وهي الحصى الصغار





“Istinja dan istijmar adalah dua kalimat yang memiliki
pengertian ‘menghilangkan apa yang keluar dari 2 jalan. Dan istinja’ bisa
menggunakan air dan batu. Adapun istijmar maka khusus menggunakan batu karena
diambil dari kata jimar (batu) dan dia adalah kerikil-kerikil kecil” (Al-Majmu’
Syarh Al-Muhadzab 2/73)






Hukum beristinja





Beristinja’ hukumnya adalah wajib. Karena pada asalnya
kita diperintahkan untuk membersihkan tubuh dari segala macam bentuk najis.





Imam An-Nawawi -rahimahullah- berkata:





فالاستنجاء واجب عندنا من البول
والغائط وهو شرط في صحة الصلاة وبه قال أحمد وإسحاق وداود وجمهور العلماء ورواية
عن مالك





“Istinja dari air kencing dan tinja adalah wajib menurut
madzhab kami (Syafi’i) dan dia adalah syarat dari sahnya shalat. Dan inilah
yang dikatakan oleh Ahmad, Ishaq, Daud, dan kebanyakan para ulama serta sebuah
riwayat dari Malik” (Idem 2/95)





Imam Ibnu Qudamah -rahimahullah- berkata juga:





والقول بوجوب الاستنجاء في الجملة قول
أكثر أهل العلم





“Dan pernyataan wajibnya istinja’ adalah perkataan kebanyakan
para ulama” (Al-Mughni 1/111)





Benda yang digunakan ketika beristinja





- Istinja dengan air





Anas bin Malik -radhiyallahu anhu- berkata:





كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يدخل
الخلاء فأحمل أنا، وغلام نحوي، إداوة من ماء، وعنزة فيستنجي بالماء





“Rasulullah
hendak buang air maka aku dan seorang anak kecil membawa sebuah wadah berisi
air dan sebuah tongkat. Maka beliau -shallallahu alaihi wa sallam- beristinja’
menggunakan air” (HR. Muslim No. 271)





- Dan istinja
juga dapat dilakukan dengan batu, kayu, atau daun





إذا ذهب أحدكم لحاجته، فليستطب بثلاثة
أحجار، فإنها تجزئه





“Jika salah seorang dari kalian pergi untuk buang hajat, maka
hendaknya dia menggunakan 3 batu. Karena hal itu cukup baginya” (HR. Ahmad no. 24771;
Shahih lighoirih sebagaimana yang dinyatakan oleh Syu’aib Al-Arnauth)





Dan jika menggunakan batu atau yang semisalnya maka harus
3 batu sebagaimana hadits di atas dan tidak boleh kurang dari 3 batu dan
tidak boleh pula istinja menggunakan tulang atau kotoran hewan.





Salman Al-Farisi -radhiyallahu anhu- berkata:





لقد نهانا أن نستقبل القبلة لغائط، أو
بول، أو أن نستنجي باليمين، أو أن نستنجي بأقل من ثلاثة أحجار، أو أن نستنجي برجيع
أو بعظم





“Beliau
-shallallahu alaihi wa sallam- telah melarang kami untuk menghadap ke kiblat
ketika buang air besar atau kecil. Dan beliau melarang kami untuk beristinja
menggunakan tangan kanan, dan melarang kami beristinja menggunakan batu yang
lebih sedikit dari 3 biji batu, dan beliau melarang kami beristinja dengan
kotoran hewan atau tulang.” (HR. Muslim no. 262)





Hikmah mengapa kita dilarang beristinja menggunakan
kotoran hewan dan batu karena keduanya adalah makanan saudara kita dari bangsa
jin. Rasulullah -shallallahu alaihi wa sallam- bersabda:





لا تستنجوا بالروث، ولا بالعظام، فإنه
زاد إخوانكم من الجن





“Janganlah kamu berinstinja dengan kotoran hewan dan
tulang, sesungguhnya itu adalah makanan saudara kalian dari bangsa jin.” (HR.
Tirmidzi no. 18; Shahih sebagaimana yang dinyatakan oleh Al-Albani)





Adab-adab ketika buang air





1 - Mengucapkan ‘bismillah’ ketika hendak masuk ke
toilet, kemudian dilanjutkan dengan doa ‘Allahumma innii a’uudzubika mina;
khubutsi wal khabaaits’





Hal tersebut sebagaimana sabda Rasulullah- shallallahu
alahi wa sallam-:





ستر ما بين أعين الجن وعورات بني آدم:
إذا دخل أحدهم الخلاء، أن يقول: بسم الله





“Penutup antara
pandangan mata jin dan aurat anak Adam ketika mereka masuk ke dalam tempat
buang air adalah ucapan ‘bismillah’.” (HR. Tirmidzi no. 606; Shahih
sebagaimana yang dinyatakan oleh Al-Albani)





Dan Anas bin
Malik -radhiyallahu anhu- berkata:





كان النبي صلى الله عليه وسلم إذا دخل
الخلاء قال: اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الخُبُثِ وَالخَبَائِثِ





“Nabi
-shallallahu alaihi wa sallam ketika masuk ke dalam tempat buang air beliau
mengucapkan: ‘Allahumma innii a’uudzubika minal khubutsi wal khabaaits’(Ya
Allah aku berlindung kepadamu dari jin laki-laki dan jin wanita)” (HR. Bukhari
no. 142 dan Muslim no. 375)





2- Mengucapkan ‘ghufroonak’ ketika keluar dari
toilet





Ghufroonak
artinya: Aku meminta ampunanMu ya Allah.





Dari Aisyah
-radhiyallahu anha- :





أن النبي صلى الله عليه وسلم كان إذا
خرج من الغائط قال: غفرانك





“Bahwasanya nabi
-shallallahu alaihi wa sallam ketika keluar dari tempat buang air beliau
mengucapkan: ‘Ghufroonak’.” (HR. Abu Daud no. 30; Shahih sebagaimana
yang dinyatakan oleh Al-Albani)





3- Mendahulukan kaki kari ketika masuk kamar
mandi dan kaki kanan ketika keluar kamar mandi





Imam
Asy-Syaukani -rahimahullah- berkata:





وأما تقديم اليسرى دخولا واليمنى خروجا
فله وجه لكون التيامن فيما هو شريف والتياسر فيما هو غير شريف وقد ورد ما يدل عليه
في الجملة





“Dan
adapun mendahulukan kaki kari ketika masuk kamar mandi dan kaki kanan ketika
keluar kamar mandi karena ada alasannya. Karena kaki kanan untuk hal-hal yang
mulia dan kaki kiri untuk hal-hal yang tidak mulia. Dan hal ini sebagaimana yang
telah disebutkan oleh dalil secara global.





Dalilnya adalah
sebuah hadits dari Hafshah -radhiyallahu anha-, beliau berkata:





أن النبي صلى الله عليه وسلم كان يجعل
يمينه لطعامه وشرابه وثيابه، ويجعل شماله لما سوى ذلك





“Bahwasanya nabi
-shallallahu alaihi wa sallam- menjadikan kanan untuk didahulukan ketika makan
dan minum serta pakai pakaian. Dan menjadikan kiri didahulukan untuk selain hal
itu.” (HR. Abu Daud; Shahih sebagaimana yang dinyatakan oleh Al-Albani)





Dan Aisyah
-radhiyallahu anha- juga berkata:





كانت يد رسول الله صلى الله عليه وسلم
اليمنى لطهوره ولطعامه، وكانت اليسرى لخلائه، وما كان من أذى





“Tangan kanan
Rasulullah diutamakan ketika bersuci dan makan, dan yang kiri diutamakan ketika
buang air dan apa saja yang kotor.” (HR. Ahmad; Hasan sebagaimana yang
dinyatakan oleh Syu’aib Al-Arnauth)





4- Menjauh dari banyak orang ketika buang air
di tempat yang terbuka





Sering terjadi
banyak kesalahan pada masyarakat kita ketika mereka sedang melakukan safar dan
hendak buang air. Beberapa dari mereka buang air kecil di tempat yang terbuka sedangkan
ketika itu dapat dilihat oleh banyak orang. Dan ini dilarang dalam agama islam,
karena aurat harus ditutup.





Jabir bin
Abdillah -radhiyallahu anhu- berkata:





خرجنا مع رسول الله صلى الله عليه وسلم
في سفر، وكان رسول الله صلى الله عليه وسلم لا يأتي البراز حتى يتغيب فلا يرى





“Kami keluar
bersama Rasulullah -shallallahu alaihi wa sallam- dalam sebuah safar. Dan
Rasulullah tidak akan buang air sampai beliau pergi menghilang sehingga tidak
dapat dilihat ketika buang air.” (HR. Ibnu Majah no. 335; Shahih sebagaimana
yang dinyatakan oleh Al-Albani)





Sehingga hal ini
perlu diperhatikan, terutama untuk masalah buang air di kebanyakan toilet yang
ada di mall. Di sana disediakan tempat-tempat buang air kecil yang dapat dilihat
oleh banyak orang. Dan hal ini sebisa mungkin dijauhkan, karena ditakutkan akan
tersingkap aurat kita secara tidak sengaja. Maka dari itu, Rasulullah -shallallahu alaihi wa sallam- ketika hendak buang
air, beliau menjauh sehingga tidak dilihat oleh seorangpun.





5- Tidak menghadap ke kiblat atau
membelakanginya





Hal ini karena
Rasulullah -shallallahu alaihi wa sallam- telah melarangnya. Beliau
-shallallahu alaihi wa sallam- bersabda:





إذا أتيتم الغائط فلا تستقبلوا القبلة،
ولا تستدبروها ببول ولا غائط





“Jika kamu
hendak buang air maka janganlah menghadap ke kiblat dan jangan pula
membelakanginya baik ketika buang air kecil maupun buang air besar.” (HR.
Muslim no. 264)





Namun larangan
ini untuk buang air di tempat terbuka seperti di hutan, padang pasir, dll.
Adapun buang air di tempat yang tertutup, seperti di toilet, maka hal ini
dibolehkan sebagaimana Rasulullah -shallallahu alaihi wa sallam- pernah
melakukannya. Ibnu Umar -radhiyallahu anhuma- bercerita:





رقيت يوما على بيت حفصة، فرأيت النبي
صلى الله عليه وسلم على حاجته مستقبل الشام مستدبر الكعبة





“Pada
suatu hari aku naik ke atas rumah Hafshah, maka aku melihat Nabi -shallallahu
alaihi wa sallam- buang air dengan menghadap ke arah Syam dan membelakangi
ka’bah” (HR. Tirmidzi no. 11; Shahih sebagaimana yang dinyatakan oleh
Al-Albani)





6- Tidak buang air di sebuah jalan yang
dilalui oleh orang dan di tempat teduh mereka





Rasulullah
-shallallahu alaihi wa sallam- telah bersabda:





اتقوا اللاعنين، قالوا: وما اللاعنان
يا رسول الله؟ قال: الذي يتخلى في طريق الناس أو ظلهم





“’Jauhilah 2
perbuatan yang mengundang laknat Allah’. Mereka betanya: ‘Apa 2 amalan itu
wahai Rasulullah?’ Maka Rasulullah menjawab: ‘Yaitu buang air di jalan yang
dilalui manusia atau di tempat berteduh mereka’.” (HR. Abu Daud no. 25; Shahih
sebagaimana yang dinyatakan oleh Al-Albani)





7- Tidak buang air di tempat yang tergenang
(airnya tidak mengalir)





Dari Jabir bin
Abdillah -radhiyallahu anhu-:





أن النبي صلى الله عليه وسلم  نهى أن يبال في الماء الراكد





“Bahwasanya
nabi -shallallahu alaihi wa sallam- melarang buang air kecil di air yang
tergenang.” (HR. Muslim no. 281)





8- Lebih utama duduk ketika buang air kecil
dari pada berdiri





Aisyah
-radhiyallahu anha- berkata:





من حدثكم أن النبي صلى الله عليه وسلم
كان يبول قائما فلا تصدقوه، ما كان يبول إلا قاعدا





“Siapa yang
berkata bahwa nabi -shallallahu alaihi wa sallam- buang air kecil berdiri maka
janganlah kalian percaya kepadanya. Tidaklah nabi buang air kecil kecuali beliau
duduk (jongkok).” (HR. Abu Daud no. 12; Shahih sebagaimana yang
dinyatakan oleh Al-Albani)





Aisyah
-radhiyallahu anha- mengucapkan hal ini, karena Aisyah memang tidak pernah
melihat Rasulullah buang air dalam keadaan berdiri. Namun sebaliknya, Hudzaifah
pernah melihat Rasulullah -shallallahu alaihi wa sallam- buang air kecil dalam
keadaan berdiri. Hudzaifah -radhiyallahu anhu- berkata:





لقد أتى النبي صلى الله عليه وسلم
سباطة قوم، فبال قائما





“Nabi
-shallallahu alaihi wa sallam- pernah pergi ke tempat buang air sebuah kaum,
maka beliau kencing berdiri.” (HR. Bukhari no. 2471 dan Muslim no. 273)





Sehingga pada
kesimpulannya, boleh buang air kecil dalam keadaan berdiri namun yang lebih
utama adalah buang air kecil dalam keadaan jongkok. Karena yang paling sering
dilakukan oleh Rasulullah -shallallahu alaihi wa sallam- ketika buang air kecil
adalah jongkok. Dan ini juga lebih aman untuk tidak terciprat dari najis air
kencing ketika dilakukan dengan berdiri. Allahu a’lam.





9- Tidak menyentuh kemaluannya dengan tangan
kanan ketika buang air kecil begitu pula ketika istinja’





Rasulullah
-shallallahu alaihi wa sallam- bersabda:





إذا بال أحدكم فلا يمس ذكره بيمينه،
ولا يستنجي بيمينه





“Jika salah
seorang dari kalian buang air kecil, maka janganlah dia menyentuh kemaluannya
dengan tangan kanan, dan jangan pula beristinja menggunakan tangan kanan.” (HR.
Ahmad no. 22565; Shahih sebagaimana yang dinyatakan oleh Syu’aib Al-Arnauth)





10- Tidak masuk ke dalam toilet dengan benda
yang ada tulisan Allah





Hal ini perlu
diperhatikan, terkadang ada seseorang mengenakan pakaian yang bertuliskan Allah
dan dia masuk ke dalam toilet untuk buang air. Maka hal ini adalah perbuatan
yang terlarang. Karena nama Allah adalah nama yang sangat mulia sedangkan
toilet adalah seburuk-buruk tempat. Maka nama Allah tersucikan dari tempat-tempat
seperti ini.





Anas bin Malik
-radhiyallahu anhu- berkata:





كان النبي صلى الله عليه وسلم إذا دخل
الخلاء وضع خاتمه





“Nabi
-shallallahu alaihi wa sallam- ketika hendak masuk ke dalam toilet maka beliau
letakkan cincinnya di luar.” (HR. Ibnu Hibban no. 1413; Shahih sebagaimana
yang dinyatakan oleh Ibnu Hibban sendiri)





Dan cincin
Rasulullah -shallallahu alaihi wa sallam- bertuliskan “Muhammad Rasul Allah”,
sehingga beliau melepaskan cincinnya ketika hendak masuk ke toilet.





Anas bin Malik
-radhiyallahu anhu- berkata:





فاتخذ النبي صلى الله عليه وسلم خاتما
من فضة، نقشه: محمد رسول الله





“Nabi
-shallallahu alaihi wa sallam- membuat cincin dari perak, dan beliau menuliskan
pada cincin tersebut: ‘Muhammad Rasul Allah’” (HR. Bukhari no. 5872)





11- Menggulung celana ketika buang air kecil





Hal ini, karena
ditakutkan celana akan terpercik oleh najis air kencing kita sendiri. Adapun
jika kita menggulung celana, maka najis tersebut dapat hilang bersamaan dengan
kita menyiram kaki.





Karena menjaga
diri ketika buang air adalah perkara yang wajib. Ada seseorang yang diazab
karena tidak bisa menjaga kebersihan dirinya ketika buang air. Ibnu Abbas
-radhiyallahu anhuma- berkata:





مر النبي صلى الله عليه وسلم بقبرين،
فقال: إنهما ليعذبان، وما يعذبان في كبير، أما أحدهما فكان لا يستتر من البول،
وأما الآخر فكان يمشي بالنميمة





“Nabi
-shallallahu alaihi wa sallam- melewati 2 kuburan, maka beliau bersabda: ‘Sesungguhnya
kedua penghuni kubur ini sedang diadzab dan tidaklah keduanya di adzab karena
perkara besar. Adapun yang pertama dia diadzab karena tidak menjaga dirinya
dari air kencing. Adapun yang lain, dia diadzab karena selalu berjalan dengan
namimah (adu domba).” (HR. Bukhari no. 218 dan Muslim no. 292)





Sehingga ketika
kita tahu bahwa ada sedikit air kencing yang mengena pakaian kita, maka kita
harus memercikkan air ke pakaian tersebut dan menguceknya. Adapun jika ada
banyak najis yang mengenainya, maka kita ganti dengan pakaian baru dan kita
cuci pakaian yang terkena najis tadi.




Inilah
pembahasan mengenai istinja dan adab-adab ketika buang air. Mudah-mudahan yang
sedikit ini bermanfaat, wa shallallahu alaa nabiyyinaa Muhammad.





Penulis: Ustadz
Abdurrahman Al-Amiry





Artikel:
alamiry.net (Kajian Al-Amiry)


----------


Ingin pahala
jariyah? Mari berinfak untuk pengembangan dakwah Kajian Al-Amiry melalui
rekening:





BNI Syariah: 0605588960 a.n Yayasan Kajian Al Amiry (Kode bank: 009)







Anda
diperkenankan untuk menyebarkan, re-publikasi, copy-paste atau mencetak artikel
yang ada di alamiry.net dengan menyertakan alamiry.net sebagai sumber artikel.


Post a Comment: