Minggu, 24 Desember 2017







Penyakit yang melanda syaikh Ibnu Utsaimin





Dahulu, syaikh Ibnu Utsaimin -rahimahullah- pernah berkata
kepada syaikh Muhammad bin Shalih Al-Munajjid -hafidzahullah-:





“Ketika aku merasakan sakit pada tubuhku, aku mengira
bahwa itu adalah sakit basur (wasir). Dan dulu, aku pernah melakukan operasi
untuk penyakit ini sehingga aku kira bahwa penyakit ini adalah penyakit yang
sama. Ketika rasa sakit semakin bertambah, aku kembali ke Rumah Sakit dan aku
juga ingin memeriksa mataku karena aku merasakan perih pada mataku. Maka para
dokter melakukan analisa dan pengecekan, kemudian mereka mengabariku bahwa aku
terkena kanker.”





Dan syaikh Ibnu Utsaimin -rahimahullah- menamai kanker
dengan ‘Al-Maradhul Khatir (Penyakit berbahaya)’ dan tidak mau menamainya
dengan ‘Al-Maradhul Khabits (Penyakit yang buruk)’. Dan sudah diketahui, bahwa
orang-orang arab menamai kanker dengan Al-Maradhul Khabits. Syaikh Ibnu
Utsaimin berkata ketika enggan menamai kenkar dengan Al-Maradhul Khabits karena:





ليس في أفعال الله خبيثا





“Tidak ada yang buruk pada perbuatan-perbuatan Allah”.






Dan pemberian penyakit dan penyembuhannya hanyalah kuasa Allah dan perbuatanNya saja.





Syaikh Al-Munajjid bertanya kepada syaikh Ibnu Utsaimin mengenai
penyakit itu setelah beberapa saat, maka Syaikh Ibnu Utsaimin menjawab:





يأتي ويذهب إلا في موضع المرض الأصلي
الذي انتشر منه فإنه مستمر





“Rasa sakitnya datang dan pergi kecuali rasa sakit yang ada di bagian
asal penyakit tersebut. Maka rasa sakitnya terus terasa di bagian itu”





Walau beliau sakit kanker, namun mengajar dan memberi
fatwa selalu beliau lakoni.





Kesabaran syaikh Ibnu Utsaimin menahan penyakit kanker





Sebagian murid syaikh Ibnu Utsaimin memerhatikan ketika
beliau mengajar, kerap kali beliau mengangkat suara seperti orang yang
dicambuk, namun beliau tetap menampakkan bahwa dirinya baik-baik saja.





Dan syaikh Ibnu Utsaimin sangat enggan untuk diberi obat
penenang, karena obat itu menjadikan beliau tidur akhirnya tidak dapat shalat
malam dan mengajar.





Dan syaikh Ibnu Utsaimin memeliki angan-angan sebagaimana
yang diceritakan oleh sebagian masyaikh, bahwa beliau berkata:





أريد أن أموت قريبا من الكعبة وأنا
أنشر العلم





“Aku ingin wafat dekat dengan ka’bah dalam keadaan mengajar ilmu”





Syaikh Ibnu Utsaimin berkeyakinan bahwa menyebarkan ilmu
termasuk amalan terbesar untuk mendekatkan diri kepada Allah.





Maka dari itu, pada tanggal 29 ramadhan ketika beliau di
Mekkah, keletihan terus bertambah pada diri syaikh Ibnu Utsaimin. Maka dokter
memutuskan agar syaikh Ibnu Utsaimin dibawa ke Jeddah untuk perawatan intensif.
Namun keadaan beliau membaik ketika di waktu ashar. Dan syaikh Ibnu Utsaimin pun
akhirnya meminta agar beliau dikembalikan ke Mekkah walaupun para dokter
melarangnya. Syaikh Ibnu Utsaimin pun berkata:





لا تحرمونا هذا الأجر فهذه آخر ليلة من
رمضان





“Jangan cegah aku untuk mendapatkan pahala ini. Karena sekarang
adalah malam terakhir bulan ramadhan”.





Dan benar, syaikh Ibnu Utsaimin pun kembali ke Mekkah
dengan pengawasan para dokter. Beliaupun masuk ke dalam ruangan khusus. Dan
beliaupun minta air wudhu kemudian beliau shalat dan meminta izin agar bisa
mengajar. Beliaupun akhirnya mengajar di malam terakhir bulan ramadhan.





Detik-detik wafatnya beliau





Ketika beliau terbangun dari koma, beliau langsung
membaca Al-Quran dan dzikir. Dan akhir ayat yang beliau baca adalah:





إِذْ يُغَشِّيكُمُ النُّعَاسَ أَمَنَةً
مِنْهُ





“Ingatlah, ketika Allah menjadikan kamu mengantuk sebagai
suatu penenteraman dariNya” (QS. Al-Anfal: 11)





Ruh beliau pun dicabut pada jam setengan dua siang. Beliau
wafat pada tanggal 15 syawwal 1421 H. Dan beliau dikuburkan di Mekkah dekat
dengan guru beliau ‘syaikh bin Baaz’ -rahimahumallah-.





Karamah beliau





Orang-orang yang mencuci jenazah beliau melihat keindahan
rupa beliau, dan mudahnya beliau dicuci dan dibersihkan, sampai mereka mengira
bahwa syaikh Ibnu Utsaimin sudah dicuci sebelum dibawa ke tempat pengurusan
jenazah.





Semoga Allah merahmati seluruh masyaikh kita dan
guru-guru kita.





رحم الله الشيخ ابن عثيمين وأسكنه في
الفردوس الأعلى





“Semoga Allah merahmati syaikh Ibn Utsaimin dan menempatkan
beliau di surga Firdaus tertinggi”





Semoga kisah ini menjadi cambuk bagi kita untuk terus
bersemangat dalam belajar, mengajar, dan beribadah kepada Allah.





Sumber: Fath Dzii Al-Jalaal Wa Al-Ikram Li Ibn
Utsaimiin
1/36





Diterjemahkan dengan sedikit perubahan oleh: Ustadz
Abdurrahman Al-Amiry





Artikel: alamiry.net (Kajian
Al-Amiry)


----------


Ingin pahala jariyah? Mari
berinfak untuk pengembangan dakwah Kajian Al-Amiry melalui rekening:





BNI Syariah: 0605588960 a.n Yayasan Kajian Al Amiry (Kode bank: 009)





Anda diperkenankan untuk
menyebarkan, re-publikasi, copy-paste atau mencetak artikel yang ada di
alamiry.net dengan menyertakan alamiry.net sebagai sumber artikel.


Post a Comment:

:)
:(
=(
^_^
:D
=D
|o|
:"(
;)
(Y)
:o
:p
:P